Creating Competitive Advantage through Food Ingredients


 

Produk yang menyehatkan, bersifat praktis dan rasanya nikmat pasti digemari oleh konsumen. Prof. Purwiyatno Hariyadi dari SEAFAST Center IPB dalam seminar Creating Competitive Advantage through Food Ingredients di Jakarta (28/5/2015) mengungkap bahwa pemlihan ingridien sangat berperan untuk bisa menciptakan produk tersebut.

 

 

Ingridien pangan adalah bahan baku, bahan tambahan, zat gizi, bahan fungsional yang digunakan dalam kegiatan produksi pangan dengan berbagai tujuan. Diantaranya adalah untuk menjamin keamanan pangan, memperpanjang masa simpan, memperbaiki nilai gizi, memberikan sifat fungsional, memperbaiki sifat fisik, dan mengikuti standar dari pemerintah.

 

Sehat, praktis dan nikmat

Pangan menyehatkan diasumsikan dapat memberikan perlindungan bagi tubuh, juga dapat meningkatkan kinerja atau stamina tubuh. Survei yang dilakukan oleh International Food Information Council Foundation (IFIC) pada 2014 mengungkap hal yang mengejutkan mengenai jawaban konsumen saat ditanya mengenai jenis pangan yang ingin ditingkatkan konsumsinya. Sebanyak 53% menjawab serat, 53% lainnya menjawab whole grain, 50% konsumen ingin meningkatkan konsumsi protein, 36% konsumsi kalsium, 21% omega-3, 19% potasium dan 18% probiotik. Survei tersebut juga menyebutkan jenis makanan yang ingin dibatasi hingga dihindari oleh konsumen, yakni 59% garam, 20% gula, 58% makanan berkalori, 29% lemak, 31% kafein, dan 26% lemak mono/polyunsatyrated. Pangan yang dapat memberikan manfaat kesehatan memang banyak dicari oleh konsumen, pangan jenis ini termasuk dalam kategori pangan fungsional. Industri pun menjawab permintaan konsumen tersebut dengan meluncurkan produk dengan berbagai klaim kesehatan seperti misalnya imunity boost, health digestive, loss weight, immunology, dan cholesterol lower. Bentuk produknya beragam, ada yang berupa minuman hingga bar.

 

Selain pangan menyehatkan, pangan yang praktis juga kian menjadi tren. Pangan yang bersifat praktis sangat membantu konsumen yang memiliki waktu terbatas. Konsep produk seperti fast and simple, take and out, grab and go, frozen food, bite size, hingga microwaveable sangat digandrungi oleh orang sibuk. Produk sereal sarapan pagi dengan konsep meal to go, lunch to go, nutrition bar tidak hanya praktis namun bergizi.

 

Makanan yang menyehatkan harus nikmat, lezat, dan menyenangkan. Makanan yang nikmat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yakni tampilan yang menarik (bentuk, konsistensi, ukuran, design) dan kesan pertama yang terlihat (first impression).

 

Prof. Purwiyatno menekankan, ada tiga kunci utama untuk menghasilkan produk yang 'laris' di pasaran (yaitu produk yang termasuk sehat, praktis, dan nikmat) yakni replacement ingredient (mencari ingridien alternatif); added benefit ingridients (seperti serat, protein, pangan fungsional); dan value added reformulation (flavor, tekstur, emulsifier).

 

Lakukan inovasi

Untuk bisa memroduksi pangan yang sesuai dengan permintaan pasar perusahaan harus melakukan inovasi. Menurut Suseno Hadi Purnomo, Managing Director Majalah Foodreview Indonesia dalam acara yang sama, setiap perusahaan harus melakukan inovasi, karena 84% eksekutif global percaya bahwa berinovasi sangat penting, meskipun hanya 6% dari mereka yang puas dengan peforma inovasi yang telah dilakukan. Lebih lanjut Suseno mengatakan, "hanya 10% produk yang telah dibuat hanya mencapai tahap consumer testing. Hanya 10% dari produk yang melalui consumer testing diluncurkan ke pasar, dan hanya 20% produk yang diluncurkan itu dapat bertahan di pasar."

 

Setiap produk memiliki 'masa'-nya sendiri, yakni seperti pada Gambar. Produk akan tumbuh, berada pada masa kejayaan, kemudian lama kelamaan akan menurun permintaannya. Hal ini membuat keuntungan perusahaan ikut menurun. Untuk tetap membuat keuntungan stabil, maka inovasi perlu dilakukan. 

 

Gambar. Masa 'hidup' produk di pasar.

 

Ada beberapa langkah dalam melakukan inovasi salah satunya adalah fokus. Fokus dengan apa yang dilakukan dan memahami dalam hal seperti apa kita menjadi terbaik.

 

Menurut Suseno dalam berinovasi ada tahapannya,

1. Superfacial

Hanya perubahan kecil yang dilakukan. Usaha yang dilkeluarkan juga tak banyak, seperti misalnya hanya merubah desain kemasan, merubah ukuran kemasan, dan penambahan rasa.

2. Basic

Inovasi yang dilakukan adalah merubah bahan dasar, menambahkan ingridien baru, memodifikasi proses pengolahan seperti misalnya pada saat memroduksi shelf stable sosis, es krim goreng atau brownies kukus.

3. Fungsional

Merubah target pasar, seperti contohnya brand Rexona yang mengukuhkan posisinya untuk remaja yang sebelumya hanya untuk orang dewasa, white coffee yang menegaskan kopi untuk kalangan pemula.

3. Systematic

Mengubah cara perusahaan dalam melakukan inovasi, melakukan outsourcing proses inovasi, mengakuisisi sebuah perusahaan, merubah peran departemen riset dan pengembangan, atau kombinasi diantaranya.

 

Setelah melakukan inovasi dan produk diluncurkan ke pasar, Suseno mengingatkan agar perusahaan tidak lupa melakukan evaluasi. Hal ini dilakukan guna mengetahui peforma produk apakah sesuai dengan target pasar, apakah produk dapat menarik pembeli, dan lain sebagainya.

 

Update mengenai tren bahan baku, tren kemasan, tren teknologi, dan tren proses pengolahan akan sangat membantu memperlancar proses inovasi. Menghadiri seminar, talkshow, dan pameran terkait hal tersebut membuat diri kita terus ter-update.

 

Update informasi

Maria Lioe, dari PT UBM Pameran Niaga Indonesia mengajak para pelaku industri pangan di Indonesia untuk meng-update informasi mengenai tren bahan baku terkini di ASEAN. Maria mengajak industri pangan di Indonesia untuk mengunjungi pameran Food Ingredient Asia (FiA) yang akan dilaksanakan di Bangkok, 9-11 Septermber 2015. Pameran FiA tahun ini menjadi spesial karena 2015 menjadi kali ke-20 FiA digelar.

 

Sejak 2010, lokasi penyelenggaraan FiA bergantian antara Indonesia dan Thailand, dan tahun ini, Bangkok menjadi tuan rumah acara yang wajib dikunjungi oleh para pelaku industri pangan ini. Setiap tahunnya FiA bertumbuh 25% dalam empat tahun terakhir, dan pameran ini merupakan jalur pintas untuk memasuki industri bahan baku untuk pangan di wilayah Asia Tenggara.

 

FiA merupakan tempat yang pas untuk bertemu dengan para pelaku bisnis ingridien atau bahan tambahan pangan yang berskala lokal maupun internasional, ada sekitar 650 ekshibitor yang akan berpartisipasi dengan produk yang akan ditampilkan diantaranya, asam amino, perasa, produk bakeri, produk sereal, poduk kopi, pewarna, produk susu, emulsifier, enzim, lemak esensial, flavoring, zat aditif, pangan fungsional, pangan halal, pengawet, produk kedelai, pemanis, vitamin,  dan masih banyak lagi. Fitria